Benarkah Styrofoam aman digunakan untuk kemasan makanan?
Bagaimanakah pemanfaatan Styrofoam untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan?
Sudah hampir
setahun ini saya “musuhan” dengan Styrofoam,
khususnya Styrofoam untuk pembungkus
makanan. Kalau sedang tidak membawa pouch
atau box makanan sendiri, saya
lebih memilih pembungkus makanan yang terbuat dari kertas, kalau makanan basah
terpaksa menggunakan pembungkus mika atau plastik. Semua serba dilematis,
kertas walaupun lebih cepat penguraiannya tapi bahan bakunya terbuat dari
pohon, sedangkan plastik jelas akan lama terurai dan mengancam lingkungan.
Kenapa saya stop menggunakan Styrofoam sebagai pembungkus makanan? Karena mindset saya Styrofoam itu
berbahaya dan akan berdampak terhadap kesehatan dan juga lingkungan. Namun, pemikiran
saya tersebut dipatahkan, ketika Sabtu lalu (13/10) saya menghadiri sebuah acara
Cooking in Style with Chef Vera
Christiani, "How to Make Good Quality Take-Away Foods". Selain
acara memasak, ada juga edukasi seputar Styrofoam
bersama narasumber Ir. Akhmad Zainal Abidin, M. Sc., Ph.D (Kepala Laboratorium
Teknologi Polimer dan Membran ITB di Program Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Industri) dan DR. Dianika Lestari ST. (Dosen program Teknik Pangan di ITB).
Narasumber; Prof. Zainal dan DR. Ika |
Cooking Class
Chef Vera Christiani merupakan finalis TOP
4 Master Chef Indonesia. Dalam acara Cooking
in Style with Chef Vera Christiani,
"How to Make Good Quality Take-Away Foods". Chef Vera berbagi
resep masakan untuk para pesera dan tamu undangan yang hadir. Di sini Chef Vera
juga memberikan tips bagaimana mengemas take-away
food yang baik. Di sela-sela memasak ada juga obrolan hangat dan edukasi
dengan para pakar di bidang industri dan pangan.
Styrofoam Aman untuk
Membungkus Makanan
DR. Ika
menjelaskan bahwa Styrofoam ini aman
digunakan sebagai pembungkus makanan. Bukan hanya aman untuk makanan, Styrofoam juga menjadi pembungkus
makanan yang mampu menyimpan suhu hangat dan dingin dengan baik. Bahkan, bahan
Styrofoam ini dijamin keamanannya oleh BPOM dan FDA.
Apa yang paling ditakutkan oleh orang terhadap penggunaan Styrofoam? Orang beranggapan bahwa Styrofoam beracun dan dapat menyebabkan penyakit kanker. Menurut Prof. Zainal, secara ilmiah Styrofoam atau Polystyrene ini sudah teruji dan aman. Sebenarnya yang ditakutkan adalah bahan styrene yang memang bisa berbahaya, namun polystyrene ini tidak berbahaya karena memiliki pelapis yang aman. Polystyrene secara ilmiah memiliki batas yaitu antara 0 – 5 ppm, sedangkan styrene dinyatakan berbahaya jika sudah melebihi angka 5000 ppm. Di sini kita bisa melihat angka yang sangat jauh, maka Polystyrene aman untuk kemasan makanan.
Penanggulangan
Sampah Styrofoam untuk Menghindari
Dampak Lingkungan
Prof. Zainal
menjelaskan bahwa masalah pencemaran lingkungan itu tergantung manusianya.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan tidak memilah sampah yang menjadi
masalah utamanya.
Apabila
berbicara penguraian, tentu semua jenis bahan anorganik akan lama terurai
secara alami. Namun untuk Styrofoam
tenyata dapat diurai dengan thermal
dan chemical dalam waktu singkat, Selain
itu Styrofoam juga dapat didaur
ulang. Prof. Zainal sudah membuat alat daur ulang Styrofoam dengan programnya yang bernama MASARO (Manajemen Sampah
Zero). Styrofoam dengan berbagai sampah
plastik lainnya didaur ulang menjadi BBM. Bahkan menurut beliau, di Indramayu,
bahan bakar dari Styrofoam ini sudah
mulai diminati.
Saya dan mungkin banyak dari kita memiliki
pemahaman yang negatif mengenai Styrofoam.
Ketika dijelaskan oleh pakar dari sisi keamanan dan lingkungan, jujur ini
membuat saya mind-blowing. Dampak
lingkungan juga yang selama ini menjadi hal yang paling dikhawatirkan. Namun, tenyata
styrofoam memiliki nilai ekonomis.
Jika dibandingkan dengan kertas, Styrofoam justru hemat, karena kertas
untuk pengemas makanan tetap harus dilapisi plastik. Untuk daur ulang kertas
pembungkus makanan, plastik yang menempel pada kertas tersebut tetap harus
dipisahkan terlebih dahulu dan ini memerlukan biaya lagi. Selain itu kertas
diperoleh dari pohon.
Menurut Prof.
Zainal, peraturan yang ada di Bandung tentang pelarangan Styrofoam ini sebetulnya hanya edaran, lebih kepada dampak
lingkungan bukan karena ketidak amanannya sebagai pembungkus makanan.
Let's Make Sushi!
Vito dan Chef Vera |
Making sushi is a lot of fun |
Foto bersama family blogger dan food blogger dalam acara Cooking in Style with Chef Vera Christiani "How to Make Good Quality Take-Away Foods" |
#KemasanMakananStyrofoam
#StyrofoamAman
Aku mah bandel da, pas dibilang styrofoam bahaya, aku teteup make, alasannya kalau memang bahaya kenapa masih dijual bebas? pastinya akan ditarik dari pasaran khan kalau memang bahaya, hehehe.eh alhamdulillah aman geuningan
ReplyDeleteSaya pun menghindari penggunaan styrofoam terlalu banyak. Kalau bisa bawa wadah sendiri tentu akan lebih baik. Kalau di Jakarta, tempat mana ya untuk menyalurkan sampah styrofoam?
ReplyDeleteAku juga menghindari penggunaan styrofoam, kalau masih bisa bawa wadah sendiri ya bawa. Tapi kenapa styrofoam nggak ditarik aja ya kalau memang berbahaya? Dijual kan karena lebih murah dan buat pedagang2 lebih mudah menaruh makanannya. Ini campaign styrofoam aman harus bisa lebih gencar lagi kalau memang untuk meningkatkan awreness masyarakat.
ReplyDeleteNah..ini dia yg sempat jadi bahan kegalauan ya, tentang Styrofoam pbungkus makanan. Ternyata aman. Alhamdulillah..
ReplyDeleteKalau aku pakai styrofoam kalo pas lagi butuh banget. Aku lebih suka pakai daun pisang untuk tempat makanan. Kalau tidak daun pisang ya diganti dengan daun jati. Harap maklum ya. Orang kampung soalnya. Hehehe.
ReplyDeleteKemarin-kemarin antara takut pakai styrofoam tapi tetep bandel make, aku merasa styrofoam ini lebih higienis dan praktis dibanding kertas bungkus. Ternyata dia nggak sejahat opini yg selama ini beredar yaa.. aman laah :))
ReplyDeleteWah aku malah baru tahu nih kalau styrofoam ini sudah diakui oleh BPIM ya. Trus emmang bener kalau bisa untuk menjaga suhu makanan panas ataupun dingin :)
ReplyDeleteaku sampai sekarang masih pakai sterofoam juga. lebih praktis sih menurutku, ketimbang mika plastik.
ReplyDeleteStyrofoam memang sebetulnya praktis. Tetapim karena ada isu gak ramah lingkungan makanya suka jadi ragu kalau mau pakai styrofoam. Senang kalau ada informasi dari 2 sisi begini
ReplyDeleteAku kadang masih pake styrofoam buat wadah2 makanan, meskipun nggak sering.
ReplyDeleteWah, saya awam dan selama ini nganggep bahaya juga lho Mbak. Ternyata nggak ya? Banyak masyarakat yang juga masih sepemahaman nih tentang styrofoam yang katanya bahaya buat makanan.
ReplyDeleteSemakin tercerahkan soal styrofoam. Terimakasih atas infonya ya
ReplyDeleteAku lagi belajar buat reuse styrofoam ini. Kepengen banget deh memanfaatkannya dengan baik. Biar sampahnya bisa berkurang
ReplyDeletejadi tau lebih banyak ya sekarang Zia tenting styrofoam...dengan teknologi canggih sekarang pengolahannya jadi lebih baik
ReplyDeleteSaya juga akhirnya bisa jelaskan bahwa ga semua styrofoam itu buruk buat makanan.
ReplyDeleteJadi nambah informasi bagi kita semua ya kalau styrofoam bisa diolah dengan baik
ReplyDeleteAlhamdulillah kalo sekarang amab ya mba, baca berita-berita tuh bikin takut dengan kangker
ReplyDeleteAh iya, aku jadi ingat ketika booming berita kalau styrofoam ini bahaya untuk lingkungan dan kesehatan. Pada saat itu aku pun jadi unsecure kalau ada yang bungkus makanan pake styrofoam. Ternyata enggak seperti itu ya kenyataannya. Kandungan dalam styrofoam masih aman. Tidak berbahaya bagi lingkungan asal pengolahan limbahnya diatur dengan benar sejak dari buang sampahnya udah dipisah dulu dengan limbah organik.
ReplyDeleteDulu anggapan saya juga begitu. Styrofoam itu berbahaya untuk makanan dan juga lingkungan.
ReplyDeleteTernyata itu hanya rumor saja ya...yang penting kita bisa mengelola sampahnya dengan baik.
Asik yaa...acara blogger yang kek gini asik banget niih...
ReplyDeleteLengkap.
Melibatkan anak dan Ibu, dapet ilmu pengetahuan pulaa..
Asikk jadi tahu ya sterefoam berbaya atau ga. Kalau ditempatku masih banyak yanng make daun pisang dan jati buat pwmbungkus. Kalo di kota besar barulah.
ReplyDeletewah wah wahhh ternyata ada kesalahpahaman diantara kitaaa yaa hiksss. betul mba aku juga pas mengurangi styrofoam tuh dilema mau pake plastik tapi begitu, mau pake kertas tapi begini dah pake piring ajadah. izin share link blognya ya mba, supaya temen-temen aku yang salah paham juga ikut tercerahkan ghehe
ReplyDeletewah kreatif juga yah :D
ReplyDeleteinformatif dan bermanfaat.
ReplyDeletethank you for sharing