Dua belas tahun yang lalu saat saya lulus SMA pernah ada keinginan untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas di Jakarta Pusat. Ada banyak mimpi dan keinginan yang ingin digapai. Waktu di bangku sekolah memang terasa sangat cepat, harapan saya bisa melanjutkan ke jenjang kuliah dan bisa menjadi seorang mahasiswa.
Menjadi mahasiswa berarti menjadi pembelajar ke tingkat selanjutnya yang lebih tinggi, di sini merupakan titik balik seseorang dimana ia memiliki tuntutan untuk menjadi mandiri dan lebih dewasa. Pada saat memutuskan kuliah, ini berarti kita harus memiliki tujuan yang jelas dan mampu merumuskan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pemahaman umum, ada banyak orang bilang bahwa seorang mahasiswa bisa mencapai apapun yang diinginkannya, terutama bila mereka bekerja keras untuk mencapainya. Ya, pernyataan ini benar adanya, namun sebuah tujuan bisa menjadi sangat tidak realistis bila mengingat ada banyak keterbatasan yang muncul. Seorang mahasiswa boleh-boleh saja memiliki mimpi dan tujuan yang besar, namun tetap harus realistis. Dengan kata lain, misalnya seperti menentukan tujuan akademis sebaiknya diiringi dengan usaha yang nyata.
Pada saat itu saya sempat terpikir untuk bisa mengenyam pekuliahan di salah satu universitas di Jakarta Pusat, tapi saya sadar akan berbagai keterbatasan yang ada. Beberapa teman menempatkan dirinya di atas kemampuan mereka dengan berbagai usaha yang keras. Secara logis ini memang memungkinkan, namun tetap kita harus tetap mengenali keterbatasan diri sendiri ketika sedang merumuskan tujuan hidup atau cita-cita akademis. Bagaimana caranya supaya kita bisa mengenali keterbatasan diri sebagai seorang mahasiswa?
- Pertama, tuliskan apa saja keterbatasan yang menghalangi kita untuk mencapai tujuan dan keinginan. Di titik ini kita bisa menggambarkan dengan lengkap tentang apa saja kendala yang merintangi dalam mencapai tujuan tersebut. Gambaran akan keterbatasan diri akan melindungi kita dari keinginan yang tidak realistis dan berlebihan.
- Jika kita memiliki keterbatasan mutlak yang menjadi penghalang cita-cita dan tujuan. Di titik inilah kita perlu menjadi realistis, sebab tujuan jelas akan sulit dicapai. Lihat apa yang bisa kita lakuan dengan mempertimbangkan ulang apakah tujuan kita sudah cukup logis.
- Keterbatasan individual bisa mewujud dalam berbagai bentuk, misalnya kondisi fisik, kemampuan, atau pun finansial. Bila keterbatasan yang muncul sulit diatasi, maka kita mungkin perlu mempertimbangkan ulang tujuan kita.
Keinginan saya untuk melanjutkan studi di salah satu universitas di Jakarta pusat memang tidak terwujud, karena banyak keterbatasan yang tidak bisa saya lewati, pertama tentu saja karena pertimbangan biaya yang tentu tidak sedikit, selain biaya kuliah ada biaya lain yang menjadi beban yaitu biaya tempat tinggal dan kebutuhan harian.
Hidup di ibukota tentu bukan perkara yang mudah. Selain itu, restu orang tua adalah kunci utamanya, ada banyak pertimbangan orang tua karena saya adalah anak perempuan, walaupun orang tua percaya saya bisa menjaga diri sebaik mungkin, tetap saja ini menjadi hal yang dikhawatirkan. Perkara-perkara tersebut adalah hal utama yang tidak bisa dibantah. Jika kita ingin mengadu nasib akademis di luar kota atau luar negeri sekali pun, maka yang jelas perencanaannya harus sematang mungkin; siapkan mental, fisik, finansial, komitmen, dan tentu saja restu orang tua.
Hidup di ibukota tentu bukan perkara yang mudah. Selain itu, restu orang tua adalah kunci utamanya, ada banyak pertimbangan orang tua karena saya adalah anak perempuan, walaupun orang tua percaya saya bisa menjaga diri sebaik mungkin, tetap saja ini menjadi hal yang dikhawatirkan. Perkara-perkara tersebut adalah hal utama yang tidak bisa dibantah. Jika kita ingin mengadu nasib akademis di luar kota atau luar negeri sekali pun, maka yang jelas perencanaannya harus sematang mungkin; siapkan mental, fisik, finansial, komitmen, dan tentu saja restu orang tua.
Mungkin pengalaman saya ini bisa jadi pelajaran, kita harus bisa memahami keterbatasan diri sendiri apalagi dengan sandangan gelar calon mahasiswa, maka pemikiran kita pun dituntut untuk bisa lebih bijaksana.
Btw, apapun keterbatasan kita harus tetep semangat!! :)
ReplyDeleteBetul banget mba Wahyu, semangat selalu. :*
Deleteketerbatasan jgn dijadikan alasan untuk menyerah :)
ReplyDeleteBetul mba, bukan berarti kita menyerah yah. Untuk sebuah pilihan, harus dicari jalan yang terbaiknya.
Deleteah apa yang mbak alami juga terjadi pada saya. dulu selepas MA (pendidikan setingkat SMA) saya ingin melanjutkan kuliah ke luar kota. dengan harapan untuk mengembangkan minat saya pada hal2 terkait komputer. selain itu agar saya lebih mandiri dan pengen bantu ortu dengan nyambi kerja. tapi keinginan saya pupus setelah bapak malah mendaftarkan saya di pendidikan keguruan di kota saya. bidang yang kurang saya minati karena saya merasa kurang mampu. tapi kini saya sadar apapun keputusan ortu ke saya adalah yang terbaik ternyata...
ReplyDeleteMelangkah dengan keinginan diri ditambah restu dan doa orang tua itu yang terbaik ya, mba. :)
DeleteBetul, mbak. Daripada memaksa diri, dan kemudian gagal di tengah jalan malah nggak elok nanti.
ReplyDeleteOya, pertama kali mampir ni, seneng bisa maen ke blog mbak Fauzia.
Iya betul mba sebelum mengambil keputusan memang sebaiknya kita pahami dan mengerti dulu kemampuan tanpa memaksakan.
DeleteTerima kasih sudah berkunjung ya, mba. :)
Betul bannget mbak, kita memang harus mengenal diri kita dlu. mengenal semua keterbatasan dan kelebihan kita. serta pada akhirnya menutupi keterbatsan yang ada dengan fokus pada kelebihan kita. mungkin dengan cara ini kita bisa bersyukur dan bersabar.
ReplyDeleteoh iy, salam kenal ya jangan lupa berkunjung ke blog saya http://www.amiraja.com/
saya sudah follow, ditunggu follbacknya ya.hehe
Setuju mba, kenali diri dan keterbatasan sebelum mengambil keputusan serta menjalani apa yang sesuai dengan kemampuan.
DeleteSalam kenal juga, mba Mira. :)
Saya follow juga ya blognya mba.