Saya adalah seorang stay-at-home mom alias ibu rumah tangga dan memilih berkarir dari rumah. Namun, ada banyak working mom di luar sana yang memilih bekerja di luar rumah atau di kantor. Saya sangat terbuka dan tidak mengkotak-kotakan setiap individu apalagi ia seorang ibu.
Setiap ibu memiliki alasan masing-masing terhadap keputusan yang diambil. Setiap ibu tidak bisa disamakan kondisinya satu sama lain. Ya, saya memang beruntung dan bersyukur masih bisa berkarya dari rumah dengan dukungan suami penuh dan masih bisa memaksimalkan waktu di rumah untuk keluarga.
Bekerja di luar rumah bagi seorang ibu rumah tangga memang berat, selain beban bertambah yaitu tanggung jawab pekerjaan, para ibu bekerja juga kadang dilematis karena harus menitipkan buah hati tercintanya. Namun, tentu setiap orang tua sudah mempersiapkan dan menyiasati sebaik mungkin. Siapa bilang working mom tidak memprioritaskan keluarga? Banyak yang sedari pagi sudah menyelesaikan kewajiban rumah tangganya, menyiapkan segala sesuatunya, termasuk membuat masakan dan bekal sekolah, selain itu pulang bekerja walaupun sudah lelah harus langsung fokus menemani anak dan memenuhi kebutuhannya.
Saya kenal dengan seorang working mom, sekaligus seorang penulis dan blogger. Ia adalah mba Susanti Dewi, kebetulan saya bertemu dengannya di sebuah komunitas blogger. Saya menyapanya dengan sebutan mba Santi. Mba Santi adalah seorang istri, ibu, dan juga seorang karyawati di salah satu BUMN di kota Serang, Banten.
Selain berkarir sebagai pegawai kantoran, mba santi juga punya segudang prestasi di dunia kepenulisan dan blogging. Tulisannya pernah dimuat di Koran Leisure Republika rubrik Buah Hati dan telah memiliki 5 buah buku antologi yaitu Blogger Bicara Parenting (Mei 2014), Jejak Langkah Penulis (Desember 2014), Hati Ibu Seluas Samudra (Desember 2014), Kumpulan Cerpen Bermain di Ranting Waktu (April 2016), dan Kumpulan Puisi Hujan dalam Cermin (april 2016). Menurut saya, ia adalah seorang working mom yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Semua itu terlihat dari tulisan-tulisan mba Santi yang diulas dalam blognya seputar pengasuhan pada anak-anak (parenting), pendidikan, kesehatan, jalan-jalan, review, kuliner, dan resep yang sudah mba Santi masak sendiri.
Mba Santi aktif menulis di blog pribadinya www.santidewi.com. Saya suka dengan tampilan blog-nya yang hangat, sederhana, dan manis dengan dominasi warna pastel. Sepertinya tema blog-nya mba Santi ini sangat mencerminkan karakternya, walaupun saya hanya mengenalnya melalui komunitas blogger tapi mba Santi memang sosok yang baik, sederhana, dan menyenangkan.
|
Saya mencoba mengenal mba Santi secara personal dan ingin mengetahui sisi lain dari seorang ibu bekerja. Saya pun sudah mengajukan beberapa pertanyaan seputar working mom kepada mba Santi dan berikut hasil wawancara tertulis saya dengan mba Santi.
1. Sudah berapa lama mba Santi menjadi seorang wanita karir? Sejak sebelum menikah atau setelahnya? Boleh sedikit diceritakan?
Sebelum menikah, saya memang sudah bekerja. Pernah menjadi sales, mengajar, lalu akhirnya bekerja di Perum Perhutani, tempat saya bekerja sekarang sejak tahun 2000. Saya bisa tetap bekerja karena memang sudah diberi izin suami, supaya saya bisa mengembangkan potensi dan bisa tetap berinteraksi, gitu menurut suami.
2. Menjadi working mom pasti banyak tantangannya, salah satunya anak-anak. Saya punya beberapa teman seorang working mom, anak-anaknya pun mengerti profesi ibunya dan mereka cukup mandiri. Untuk mba Santi sendiri, bagaimana memberikan anak-anak pengertian bahwa ibunya harus bekerja terutama waktu anak-anak masih kecil?
Semua mengalir begitu aja mba, saya tidak pernah mengatakan atau memberi pengertian apa-apa pada anak2 saya. Anak saya tau begitu saja kalau saya bekerja. Mungkin walaupun saya bekerja, anak-anak merasa tidak kehilangan saya, karena anak-anak tetap dekat dengan saya. Karena Alhamdulillah sekolah anak2, tempat kerja saya, dan rumah mertua saya (dimana anak2 saya titipkan) jaraknya berdekatan. Saya sering negokin anak2 sewaktu di sekolah. Setiap istirahat kantor, sebisa mungkin saya pulang sekedar menyiapkan makan siang dan mengobrol sedikit.
3. Kegiatan apa yang paling disukai untuk menghabiskan waktu bersama keluarga?
Piknik hehe... Anak2 saya tidak bisa diam, jadi mereka paling senang kalau liburan pergi ke suatu tempat. Entah hanya berenang, nonton, ke rumah Mbahnya atau apa aja yang penting keluar rumah :)
4. Banyak sekali pro-kontra mengenai working mom. Sejauh ini bagaimana mba Santi menanggapinya dan menjalani peran mba?
Tentang pro kontra, saya tidak terlalu mau ikut-ikutan ke dalam pro kontra tersebut. Semua itu pilihan ya, dan masing-masing orang pastinya memilih sudah dengan pertimbangaan-pertimbangan yang matang. Untuk menjalani peran saya, adakalanya memang saya merasa lelah, apalagi jika di kantor banyak permasalahan dan banyak pekerjaan. Tapi biasanya gak lama, saya sudah merasa enjoy lagi. Untungnya, saya mendapatkan pekerjaan tidak terlalu berat, bisa dibilang begitu. Dan untuk keluar kota, jika tidak terlalu urgent, saya lebih baik menolak. Keluar kota pun saya jarang sekali, karena ada pegawai laki-laki yang meng-handle itu.
5. Adakah saran untuk calon ibu yang akan memiliki anak namun masih berkarir di luar rumah agar semua perannya bisa berkesinambungan, boleh share pengalamannya mba Santi?
Kalau saya sih, pertimbangkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Diskusikan dengan suami yang terbaik seperti apa. Kalau saya dulu, kebetulan kantor saya dekat dengan rumah ibu mertua. Jadi anak saya dititipkan di rumah ibu mertua. Jam istirahat saya selalu pulang untuk memantau anak saya. Lokasi yang dekat, memudahkan saya untuk selalu melihat anak saya. Selama punya bayi, sekalipun saya tidak pernah ke luar kota. Urusan dinas ke luar kota saya berikan pada rekan laki-laki saya, bahkan sampai sekarang :) Saya usahakan tidak lembur.
6. Saya salut dengan para working mom yang masih mengusahakan memenuhi kebutuhan rumah dan keluarga, ditambah lagi mba Santi adalah seorang blogger. Boleh kah memberikan tips, bagaimana membagi waktu antara pekerjaan, waktu dengan keluarga, dan aktivitas blogging?
Kalau jam kerja kantor kan memang sudah ditentukan ya... Saya bekerja mulai jam 7.30 WIB sampai jam 15.00 WIB, hari Sabtu masuk sampai jam 13.00 WIB. Otomatis pekerjaan rumah saya, saya kerjakan sebelum jam masuk kantor dan sesudah jam keluar kantor. Sementara untuk ngeblog, saya kerjakan di waktu-waktu luang saya, misalnya kalau di kantor tidak banyak pekerjaan, saya sempatkan negblog, kalau saat jam istirahat kantor saya kebetulan tidak pulang, saya ngeblog, kalaua anak-anak sudah tidur malam, baru saya ngeblog, atau kadang di sela-sela kegiatan bareng anak-anak, saya juga buka-buka blog :) Jadi memang sebisa-bisanya saya mengatur waktu aja sih...
7. Banyak teman saya yang sukses di karir dan keluarga. Kalau mba Santi sendiri, bagaimana pola asuh yang diterapkan di keluarga? Mungkin banyak yang akan bisa belajar dari pengalaman mba Santi.
Tentang pola asuh anak, Alhamdulillah suami turut berperan (memang seharusnya ya...). Suami sering membantu anak-anak dalam pelajaran sekolah, malah untuk si sulung, suamilah yang full membantu mengajarinya, karena memang pada dasarnya suami senang mengajar. Walaupun dulu saya sempat mengajar, tapi ternyata dalam hal mengajar, saya kalah oleh suami saya :) Jadi materi sekolah anak, suami sudah menguasainya. Kalau saya, kadang masih banyak gak tahunya hehehe.... Untuk pendisiplinan juga suami yang banyak mendisiplinkan anak2. Sepertinya memang ayah dan ibu harus turut berperan serta dalam pengasuhan anak, juga ayah ibu harus banyak berdiskusi tentang pola asuh yang tepat buat anak2 dalam keluarga. Tugas pengasuhan anak bukan melulu hanya pada ibu. Suami saya galak pada anak2, jadi mereka lebih takut pada ayahnya dibanding ibunya. Anak2 sering meminta perlindungan pada saya ketika suami marah pada mereka :D
Semoga dengan pengalaman mba Santi sebagai seorang working mom yang saya bagi melalui wawancara tertulis singkat ini bisa bermanfaat untuk para ibu bekerja di luar sana. Terima kasih kepada mba Santi untuk kesediaannya berbagi pengalamannya di blog post kali ini.
Semoga dengan pengalaman mba Santi sebagai seorang working mom yang saya bagi melalui wawancara tertulis singkat ini bisa bermanfaat untuk para ibu bekerja di luar sana. Terima kasih kepada mba Santi untuk kesediaannya berbagi pengalamannya di blog post kali ini.
Aish... terharu deh membacanya. Makasih banyak mba Zia... :)
ReplyDeleteSemoga berkenan, mba Santi. Terima kasih kembali. Tetap menginspirasi ya mba... :)
DeletePeluk hangat,
Saya juga bekerja, dan kadang suka sedih pas mau ninggalin anak hiks. Tapi sekarang mah sudah enggak, karena saya kerja dan Marwah sekolah, Marwah pulang sekolah sama saya pulang kerja selisih sejam hehe :D
ReplyDeleteAwalnya pasti berat banget ya teh. Wah enak kalo bisa barengan sama jam sekolah anak. quality time sama anak bisa tetep terpenuhi. :)
Deleteberat ya jadi working mom.
ReplyDeleteIya pasti berat, mba. Hanya setiap ibu pasti punya pemikiran, kebijakan, dan keputusan masing-masing. Apapun itu semoga anak atau keluarga bisa tetep jadi prioritas utama. :)
DeleteSebagai working mom juga jadi terharu bacanya, akhir-akhir ini banyak sentimen terhadap working mom, sakit banget kalo ada yang bilang working mom itu lebih mementingkan karir daripada keluarga. Selain Mbak Zia, Aku juga ngikutin blognya mba Santi :D
ReplyDeleteIya mba Wuri, setiap keluarga punya ceritanya masing-masing dan masalah ini sensitif banget. Buat status-status sentimen saya malah kurang berkenan, lebih baik saling berbagi pengalaman, hal yang baik diambil dan yang kurang baiknya ditinggalkan.
DeleteSetiap ibu itu punya peran yang luarbiasa. :*
Saya udah follow blognya mba Wuri juga. :)
langsung meluncur ke blognya mba Santi. Makasih infonya mba Zia.. :)
ReplyDeleteSilahkan mba, blognya asyik deh. Sama-sama, mba. makasih juga udah berkunjung ke sini. :*
DeleteSebagai yg pernah mencoba keduanya, sebagai working mom dan stay at home mom, sedikit2 tau gmn rasanya.. masing2 peran punya tantangan tersendiri.. dan setuju, apapun pilihannya seorang ibu itu tetaplah juara, warbyazaaaa :D
ReplyDeleteIya ya Nda, tantangan seorang ibu itu emang luar biasa banget. Semoga setiap ibu selalu memberikan yang terbaik buat keluarganya.
Deletega mbayangin kl saya yang jadi working mom. bisa kayak kapal pecah tuh rumah. haha...
ReplyDeletenamun sesungguhnya itu rezeki tiap orang ya mbak. ada yang jatahnya di rumah, ada yang di luar, ada yang di dalam dan luar. hehe...
Berul banget mba, tiap orang udah ada rezekinya masing-masing. saya yang di rumah aja minta ampun cape ngurusin kerjaan rumah yang ngga ada habisnya. Makanya hebat bagi ibu bekerja yang tetep bisa fokus ke kerjaan rumah dan anak-anak juga. :)
DeleteSaya pernah ada di posisi working mom maupun stay at home mom. Dan saya akui, pernah menjadi 'korban' pengkotak2an di sosial media. Merasa bahwa saya telah menjadi ibu yang idela dengan berhenti bekerja *sigh*
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang sudah sadar, bahwa kemuliaan ibu bukanlah diukur dari kerja di luar atau rumah.
Salam kenal buat Mba Zia dan Mba Santi^^
Sama nyak, hehehe. Yup, kemuliaan seorang ibu diukur dari sejauh mana ia bisa mengemban tanggung jawab dan peranannya terhadap anak dan suami, mau kerja di rumah atau di luar rumah, semua kembali ke individu masing-masing ya nyak... Stigma sosial kadang emang sadis. hehehe
DeleteSalam kenal nyak Rotun :*