Generasi A/B/C mungkin tak mengikat anak muda Indonesia.
Prototipe kini menyerupa inisial M: Manja. Mereka bisa bilang "Atas 10 jari kami bisa menggenggam dunia!" Namun,
Alam maya (internet) membuat kehidupan betulan maya. Generasi kini menyerahkan segenap problema pada mbah Google. Maka mental manja mewujud pada anti sosial, minus
sosialisasi, dan tidak peka. Ya! Sebangun dengan pertuturan Soekarno : bangsa
ini ternyata memang "bangsa tempe" yang senang makan tempe juga
memiliki "mental tempe". Generasi muda seharusnya menjelma sosok insan yang tangguh. Tingkah mahasiswa sebagai the happy
selected view harus mendermakan
nilai altruisme.
Kualitas mahasiswa ditakar Indonesia mesti dari
format visi
cemerlang. Jangan sampai status pemimpin tanpa huruf “n” (pemimpi)
jadi satire memilukan bagi para generasi muda.
Generasi muda terkait lekat gagasan besar menjadi Indonesia.
Intisari itu mereka
dituntut generasi yang
memancang mimpi hebat : making of the new
Indonesia. Generasi
manja memaut visi Indonesia bak ilusi Indonesia. Usahkan bermimpi (dreamless) sekadar berharap (hopeless) pun mereka malas. Pembangunan
karakter mahasiswa tidak semudah membalikan telapak tangan. Peran
serta pemimpin bangsa tentu
jadi tolak ukur mahasiswa dalam membangun negeri. Para
pemimpin bangsa harus mampu memberikan bimbingan dan tauladan berupa
ketangkasan, kegigihan, kesungguhan, kejujuran, dan ketangguhan bagi para
generasi muda penerus bangsa (mahasiswa), seperti sebuah pepatah mengatakan
“sebuah keteladanan akan lebih baik daripada seribu perintah”. Jangan sampai
keteladanan yang buruk akan menggiring
mahasiwa bermental “tempe”. Mari kita
mengerek bendera harapan dan menurunkan kemanjaan yang tengah menjulang luhur ini.
Comments
Post a Comment