Skip to main content

Parenting: Membentuk Karakter Anak Remaja


Fase mendidik anak ini memang penuh dengan tantangan. Tahun ini anak saya jelang usia 12 tahun, sebentar lagi jadi anak SMP. Usia menuju remaja ini memang jadi PR tersendiri. Waktu memang terasa cepat, perasaan baru saja saya melewati masa anak balita, sekarang sudah menuju remaja, bahkan tinggi badannya sudah sejajar dan ukuran kakinya sudah sama dengan saya. 

Masa pandemi seperti sekarang ini membuat semuanya serba terbatas tapi ada istilah "life must go on". Akibat pandemi sejak Maret 2020 kita semua stay at home. Aturan adaptasi kebiasaan baru dan protokol kesehatan ketat berlaku. Sekolah dan bekerja pun dari rumah. Supsek COVID 19 melonjak tajam. Kita disarankan ke luar rumah hanya untuk hal yang mendesak saja. Berbulan-bulan berlalu dan sekarang sudah melewati tahun 2021, namun kita semua masih harus berjuang. 

Saya paham kalau pandemi ini tidak mudah bagi siapa pun. Membersamai anak sekolah daring dari rumah juga ini jadi sebuah perjuangan berat bagi para orang tua, baik orang tua yang keduanya ngantor, yang memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan, atau yang selalu bersitegang dengan anak saat mendampingi mereka belajar. 

Saya pribadi dan suami tidak memaksakan akademis anak di masa seperti sekarang ini, just let if flow. Pastinya kami masih punya aturan tegas untuk anak. Kami jadi guru utama di rumah dan berusaha tetap kompak dalam mendidik anak. Membimbing anak kami yang menuju usia remaja tentu orang tua harus kompak. Ada pembagian tugas yang kami terapkan. Suami lebih mengajari anak masalah-masalah teknis, bahkan mereka kompak bongkar laptop, perbaiki mesin, mengajari menggambar, dan yang paling tegas menerapkan disiplin. Bagian saya ada tentu peran sebagai ibu ditambah saya bertanggung jawab untuk akademis sekolah seperti mengajarkan pelajaran,  mengecek tugas-tugas, dan mengajarkan soft skill, dan lain sebagainya. Catatan penting adalah bahwa orang tua lah yang punya andil terhadap pembentukan karakter anak. 

Kalau mengacu pada cara mendidik anak usia jelang remaja sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, usia remaja ini ada pada fase kedua. Fase kedua yaitu tujuh tahun kedua (retang usia 8-14 tahun), anak diperlakukan sebagai "tawanan". Tawanan di sini memiliki makna yang mendalam, Dalam Islam kedudukan tawanan perang sangat terhormat. Tawanan mendapat haknya secara proporsional, namun tentu saja harus dengan berbagai batasan, larangan, dan kewajiban yang harus ditunaikan. Di sini arti anak diperlakukan seperti "tawanan" pada usia 7-14 tahun yaitu masa yang tepat untuk mendidik anak dengan haknya namun harus memenuhi kewajiban, memahami larangan, dan bagaimana bertanggung jawab. Hal ini adalah untuk pembentukan pribadi dan pondasinya saat kelak mereka dewasa. 

"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang suami (ayah) adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadapa apa yang telah dipimpinnya atas mereka." (HR Muslim)

Beberapa tips parenting anak yang saya dan suami terapkan: 

1. Membangun Komunikasi 

Kenapa komunikasi itu penting? Ternyata membangun komunikasi efektif dengan anak khususnya remaja itu memang agak sulit. Anak remaja ternyata mengalami fase membangkang. Kondisi psikologisnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri. Orang tua harus punya cara dalam membangun komunikasi dengan anak remaja. 

Cara yang bisa dilakukan orang tua saat berkomunikasi dengan anak, antara lain:

(1) jadi pendengar yang baik, 

(2) tidak melakukan judgement terhadap anak, 

(3) membawa suasana obrolan serius tapi santai, 

(4) tidak mendikte anak, 

(5) bangun kepercayaan kepada anak dan apabila ada penyimpangan bisa dibicarakan dengan bijak. 

2. Menghadapi pubertas anak 


Anak usia belasan biasanya perubahan fisiknya berkembang dengan pesat mulai dari tinggi badan yang melesat dan suara menjadi lebih berat, untuk anak laki-laki khususnya. Mereka pun akan mengalami mimpi basah, di situ lah masa aqil baligh anak. 

Sebagai orang tua tentu kita harus mulai belajar dan banyak riset tentang pubertas pada anak. Kebetulan anak saya laki-laki tentu di sini saya banyak melakukan diskusi dengan suami. 

Fase ini juga penting sekali, berhubungan dengan ketegasan gender pada anak. Saat ini media informasi sangat mudah diakses, tidak bisa dipungkiri juga faktor lingkungan memiliki andil dan pengaruh besar terhadap perkembangan psikologis dan emosional anak. 

Saya dan suami benar-benar memperlakukan anak laki-laki sebagaimana semestinya. Anak saya sudah diberikan hak guna pakai smartphone, namun karna usianya masih jelang remaja tentu  saya masih memantau dan mengecek semua yang ada di telepon genggamnya, mulai dari history video, unggahan, bahkan chat. 

Pernah anak saya bertanya tentang sebuah kata serapa Sunda yang mengacu ke alat vital, karna dia tidak mengerti maka dia bertanya. Sayapun menjawab dengan cool, menjelaskan secara jelas bukan dengan kiasan, edukasi untuk hal ini penting. 

Saya dan suami juga sering mengajaknya mengobrol, nanti biasanya muncul ketertarikan anak terhadap lawan jenis, di situlah peran kita yang sesungguhnya, mengarahkan dan membangun dirinya agar tetap terbuka dengan orang tua dengan tetap merasa nyaman dan aman.

3. Melatih kemandirian 


Anak sudah beranjak remaja berarti memiliki tanggung jawab yang lebih untuk dirinya. Melatih kemandirian berguna untuk menyiapkan mental, ketangguhan, dan daya juang anak. Di sini juga anak sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak, selain itu anak memiliki pilihan dan bisa mengambil keputusan. 

Apa saja yang bisa dilakukan orang tia untuk melatih kemandirian anak:

- Membersihkan kamar sendiri

- Mengelola keuangan sendiri (mana untuk jajan, sedekah, dan menabung)

- Mencuci pakaian sendiri 

- Membiasakan membantu orang tua/ kerja bakti di rumah

Mulai dari hal sederhana bisa membentuk karakter anak dan anak siap untuk mengahdapi kehidupan secara mandiri dan baik. 

4. Tatantangan Perkembangan Zaman

Kita dihadapkan dengan perkembangan teknologi dan zaman, selain pendidikan karakter, akademis, dan pengetahuan, ada ilmu lain yang harus kita terapkan kepada anak. Sebagian besar dari kita mungkin pernah mendengar banyak pakar memaparkan bahwa kita harus segera mengubah cara mendidik anak-anak. Perkembangan teknologi membuat semua serba canggih dan praktis. Sementara ada kemungkinan 800 juta pekerjaan pada 2030 bisa tergantikan oleh mesin. Di sini pendidikan dan cara mendidik anak adalah tantangan terbesarnya. Pertanyaanya, "Bisa kah kita berkompetisi dengan mesin?" Cara mendidik anak saat ini harus unik, bukan hanya terfokus pada akademis dan pengetahuan saja. Namun, ada hal penting lain di luar itu semua yang harus kita tanamkan langsung, diantaranya; nilai atau norma, iman, kebebasan berpikir, dan kepedulian terhadap orang lain. Karena kita tahu dan sadar bahwa pengetahuan dan akademis tidak mengajarkan itu. Kita bisa mulai menerapkannya di usia jelang remaja. Semoga anak-anak kita menjadi generasi yang tangguh dan bisa bersinergi dengan perkembangan zaman dan teknologi. 



Comments

  1. Dulu mamaku ngedidik anak-anaknya selalu bilang, anak remaja itu jangan dikerasin, makin dibilang jangan, bakalan makin dilakuin. Harus melalui proses cerita panjang dan pendekatan agar mereka mampu mengerti bahwa kita bilang hindari hal yang dirasa tidak baik, karena bentuk rasa sayang.

    ReplyDelete
  2. Berdasarkan pengalamanku juga, bahwa mendidik anak remaja jaman now tarik ulur, kadang dikerasin kalo memang melewati jalur yang telah disepakati.
    Terlebih, menjadikannya sahabat agar komunikasinya lancar, apa pun bercerita, baik yang lagi hype jaman now, atau hal2 yang kadang aku pun banyak belajar dari anak. Percaya anak jaman now smart2, dan ortu hanya mengarahkan dan mendukung saja.

    ReplyDelete
  3. Mendidik anak memang spesial ya..ada tahapan2 tertentu dg oetlskuan yg berbeda pula. Trmksh sharingnya mba..

    ReplyDelete
  4. Anak zaman now selalu memberi kejutan buat kita yg berasal dari zaman old. Mereka pintar-pintar dan kreatif, maka orang tua harus belajar juga agar bisa mengimbangi perkembangan mereka, setidaknya kita tidak dianggap tidak tahu apa-apa.
    Itu sih salah satu tips saya. Jadi anak saya bisa bicara ke temannya kalau emaknya keren juga loh. LOL
    Bercanda.
    Prinsipnya, jika kita bisa sedikit sepadan dalam hal informasi maka pembicaraan kita bisa nyambung. Itu saja sih alasannya.

    ReplyDelete
  5. Anakku kelas 8 SMP mba, dan yahhh, selamat datang di dunia rollercoaster :D
    Ini (IMHO) periode terberat in terms of parenting dan amat sangat challenging.
    Tapii, mari kita sambut tantangan dan amanah ini dgn semangaatttt!

    ReplyDelete
  6. Berdasarkan pengalaman saya, masa remaja memang masa di mana saya merasa jumpalitan sebagai seorang ibu. Ketika anak-anak masih kecil, capeknya lebih ke fisik karena banyak aktivitas yang masih harus dibantu. Tetapi, ketika mereka sudah remaja, capeknya lebih ke hati dan pikiran hehehe.

    Tetapi, memang sebagai orang tua dituntut lebih luwes menghadapi anak remaja. Biar mereka juga gak jadi jauh sama orang tuanya

    ReplyDelete
  7. saya juga ngeri2 sdap nih mba, soalnya anak saya perempuan dan sudah kelas 2 jadi sebentar lagi akan remaja, ngeri nggak bisa jadi temannya :(

    ReplyDelete
  8. Jadi ingat orang tua jaman dulu mbak yang mendoktrin anak harus nurut orang tua. Untungnya aku dulu termasuk anak nurut, kalau gak boleh ya sudah gak usah dilakukan. Namun hal ini tidak bisa diterapkan untuk anak jaman now. Semakin dikerasi semakin dia membantah akhirnya membuat uring2an. Aku pun tidak terlalu keras sama anak. Kalau dia keterlaluan banget barulah aku agak keras...namun dalam tanda kutip, anak harus diarahkan, diberi pengertian..agar sedikit demi sedikit bisa mengerti. Terpenting sebagai orang tua kita bisa menjadi contoh yang baik bagi anak...meski belum dalam tarap sempurna sekalipun.

    ReplyDelete
  9. Bismillah...
    Bismillah...
    Semoga bisa membimbing ananda menuju kebaikan dan fitrahnya pada kebaikan dan ketaatan pada IlahNya.

    Sekarang kalo ngomong, masih pake merepet kek petasan.
    heuheuu~

    Harus banyak mendengar, itu kuncinya yaa, Zi.
    Haturnuhun.

    ReplyDelete
  10. Tak mudah memang ya mengajarkan dan membimbing anak untuk lebih mengerti fitrahnya ya mba .. Anak anak usia remaja perlu pendidikan dan arahan khusus

    ReplyDelete
  11. judgement dan mendikte memang ngga akan disukai anak-anak ya mba, harus penuh kasih sayang dan penuh perasaan.

    ReplyDelete
  12. Communication is one of the keys to develop our children’s personalities and growing up together with them. I always believe that good examples will speak louder than just words so we half to be the role model as well

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

OTW Sushi: Kedai/Resto Kuliner Jepang dengan Harga Terjangkau dan Bahan Berkualitas

Kuliner Jepang saat ini semakin digandrungi di Indonesia. Kepopulerannya sejalan dengan bertumbuhnya minat terhadap musik (J-pop/ J-rock), anime, dorama, manga, budaya, dan bahasanya. Semua hal yang berbau Jepang di Tanah Air meningkat cukup signifikan. Bahkan restoran dan cafe saat ini banyak mengusung tema Jepang, menawarkan banyak pilihan makanan dan menghadirkan nuansa Negeri Sakura. Kalau mau buka bisnis, marketnya juga ternyata cukup luas di berbagai kalangan.  Kembali lagi bahas seputar kuliner Jepang, saya mau kasih rekomendasi salah satu kedai/ resto Jepang favorit saya sejak 2015-an, namanya OTW Sushi. 

Sosialisasi Literasi Media Digital

Sebelum saya membahas lebih lanjut mengenai literasi media, mari kita simak apa definisinya secara umum, literasi media merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media (Livingstone, 2004). Saat kita perlu memahami lebih dalam mengenai literasi media khususnya yang berbasis digital. Terlebih generasi muda kita sudah sangat dekat dengan teknologi digital yang sudah berkembang pesat. Sebagai orang tua tentu kita tidak boleh ketinggalan atau kehilangan langkah kita dalam mengikuti perkembangan zaman. Anak harus tetap dalam pengawasan dan pendampingan kita dimana pun kita berada.

Buah sebagai Camilan Sehat

sumber gambar Membiasakan pola hidup sehat salah satunya adalah dengan memerhatikan asupan makanan yang kita konsumsi. Hal yang sederhana dan enak untuk memulai hidup sehat bisa dengan camilan buah segar. Buah-buahan memberikan banyak manfaat pada kesehatan tubuh. Kita bisa membuat berbagai camilan sehat yang berbahan buah-buahan. Tahukah bahwa orang yang makan lebih banyak buah dan sayur memiliki penurunan risiko penyakit kronis? Buah-buahan dapat memberikan nutrisi penting bagi pemeliharaan tubuh.