Segala sesuatu yang ada di dunia ini tentu ada adab dan batasannya, termasuk perihal bercanda. Kini zaman sudah beralih ke teknologi digital. Masyarakat pun lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget, berselancar di dunia maya dan bersosial media.
Saat ini saya memang cukup intens dan dekat dengan dunia internet khususnya sosial media. Bekerja di bidang digital marketing, blogger, dan social media enthusiast tentu membuat saya sibuk dengan internet dan harus selalu stand-by memantau perkembangan sosial media.
Sekarang ini semua hal sudah serba mudah bisa diakses dalam genggaman, baik itu informasi, berita, ilmu pengetahuan, dan bahkan jalinan pertemanan. Kembali lagi seperti di paragraf pembuka, bahwa dimana pun kita berada baik di dunia nyata atau dunia maya, semua ada batasannya. Saya sangat sedih dan miris ketika orang-orang sudah mulai mengungkapkan dan mengemukakan pendapatnya melalui sosial media tanpa filter dan dipikirkan matang-matang. Ketika dalam pertemanan di dunia maya orang dengan mudah bercanda, namun sudah tidak berada dalam koridor menyenangkan, namun bisa jadi keterlaluan. Salah satu blog post yang menginspirasi saya adalah tulisan dengan judul Saat Bercanda Tak Lagi Lucu yang ditulis oleh Irawati Hamid.
Bercanda memang perlu, namun tentu bercanda yang mengenal batas. Ketika sudah masuk ke ranah media sosial apa yang jadi milik kita sudah pasti jadi konsumsi publik. Bercanda boleh saja, akan tetapi bercanda yang berlebihan akan sangat tipis dengan perundungan atau bullying.
Bercanda yang berlebihan apa lagi di media sosial sebagai ruang publik maya sangat tidak dibenarkan, beberapa hal yang harus dihindari karena sudah termasuk kategori bullying;
Bullying seputar fisik
Masyarakat kita memang terkadang ada yang masih mementingkan tampilan fisik, jika bercanda di sosial media sudah membahas dan menyerempet seputar fisik ini sangat akan menyinggung dan memang tidak baik. Bercanda tentang bentuk fisik, warna kulit, atau kepada orang dengan disabilitas daksa adalah bullying terhadap fisik.
Pelecehan secara verbal
Pelecehan atau bullying verbal mencakup penghinaan, intimidasi, komentar homofobia atau rasis, atau pelecehan verbal. Bercanda dengan perkataan sering kali dianggap tidak berbahaya, nanun dapat meningkat ke bullying verbal.
Penindasan sosial
Penindasan sosial kadang-kadang disebut sebagai intimidasi tersembunyi, lebih sulit untuk dikenali dan sering dilakukan di belakang punggung orang yang di-bully. Inidilakukan untuk merusak reputasi sosial seseorang. Penindasan sosial ini dapat merusak reputasi atau penerimaan sosial seseorang.
Menghina SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan)
Bercanda di media sosial dengan menyinggung masalah suku, agama, ras, dan antar golongan dapat menimmbulkan konflik yang berkepanjangan dan cyber war antar berbagai pihak. Ini bisa menyulut emosi. Sebagai Bangsa yang beragama dan berbudaya tentu hal ini sangat perlu dihindari.
Menyebarkan Hoax
Bercanda dengan menyebarkan isu atau berita palsu adalah sudah masuk tindakan kriminal. Bermain lelucon yang tidak sesuai kenyataan dan untuk mempermalukan seseorang pun tentu sudah di luar batas koridor bercanda.
Bercanda yang melewati batas di dunia maya sudah termasuk ke dalam cyber bullying, ini dapat berupa perilaku bullying terang-terangan atau terselubung menggunakan teknologi digital, termasuk perangkat keras seperti komputer dan smartphone, dan perangkat lunak seperti media sosial, pesan instan, teks, situs web, dan platform online lainnya. Cyber bullying dapat terjadi kapan saja. Dapat dilakukan di depan umum atau secara pribadi dan terkadang hanya diketahui oleh target dan orang yang melakukan bullying. Cyber bullying dapat termasuk:
- Postingan teks, tulisan, gambar, atau video yang mengganggu atau menyakitkan
- Sengaja mengucilkan orang lain secara online.
- Berita palsu
- Meretas akun orang lain.
Saat ini cyber bullying sudah diatur dalam UU ITE (dapat diunduh di sini), maka perlu diperhatikan apabila kita bercanda berlebihan di dunia maya khususnya di media sosial, hal ini bisa diperkarakan menjadi kasus pidana. Mari kita lebih bijak dalam bersosial media.
Aku paling ga suka kalau ada yang komenin soal fisik sama siapapun itu. Bahkan ketika ada temen yang nyaranin untuk pake skin care yang dia pake, cara bilangnya ga enakeun, kayak nyela aku yang mukanya lagi break out. Walau iya sih liat mukanya kinclong, aku males pake rekomendasinya dia hahahaha. Buatku strategi marketing bukan hanya soal bukti tapi juga attitude *ih malah curhat*. Ya intinya gitu, jangan pernah bikin lawan bicara kita ga nyaman dalam hal apapun, ya :)
ReplyDeleteKomentar bercanda apalagi bawa-bawa fisik ini ngga asik banget. Bahkan dengan bahasa yang diperhalus aja, maksud sarkas dan keterimanya seperti hal yang bikin kita ngga nyaman.
DeleteBagusnya kita lebih menjaga arah pembicaraan dan hindari bercanda ke arah fisik.
Benar itu mba saya kecewa banget bahkan.. saya pun pernah ejek penghinaan janda2 lah..
DeleteSaya menyesal kenal sama tmn sahabat saya sendiri saya di katain gk ada sopan santunnya padahal saat ini sahabat saya berubah sejak kenal sama tmn2 itu dan saya menyesal sudah kenal sama tmnnya.. saya kecewa sekali sama sahabat saya bahkan saya sendiri udh gk mau berurusan sama sahabat saya.. saya bener2 kecewa setelah saya kenal sama tmn2nya.. itu bercandanya sudah melampauin batas.. saya menyesal kenal sama tmn2nya itu.. penghujung lah pertengkaran.. karna udh kelewatannya batas.. saya kecewa sama sahabat saya dari SMA/SMPðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ dan akhirnya.. saya sendiri.. lebih baik
ReplyDelete