Berbicara tentang karir, dulu bapak saya adalah seorang pegawai di perusahaan BUMN, Pos & Giro, yang mana sekarang sudah berubah menjadi perusahaan swasta (pereseroan) dengan nama PT POS Indonesia. Sudah lebih dari 30 tahun mengabdi dan tahun lalu beliau pensiun. Sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga (mengurus anak dan rumah tangga dilakukan sendiri), guru TK, juga senang berdagang dan sempat punya warung kecil-kecilan. Sedikit flashback, kata ibu saya, dulu itu dagangan di warung habisnya sama anak-anak. Ketika kecil, saya dan abang saya hobby membuka jajanan yang akhirnya tidak dimakan dan juga senang membuka botol-botol minuman soda. Lalu saat usia saya 5 tahun saya sibuk membantu di warung, namun suatu ketika ada banyak anak-anak yang datang ke warung, ketika mereka membeli jajanan saya malah memberikan uang ke anak-anak itu sebagai kembalian padahal mereka belum memberikan uangnya sama sekali sampai uang di kas kembalian kosong. Itu jadi cerita lucu kenang-kenangan masa kecil saya. Ketika beranjak dewasa mendengar cerita tersebut tentu menjadi memori yang berkesan. 😆
Oke kembali lagi ke masalah karir, saya jadi ingat tulisan teman saya, Mak Ayaa, yang berjudul "Ketika Bapak Ingin Saya jadi PNS". Ternyata kebanyakan orang tua zaman dulu ingin anak-anaknya menjadi pegawai negeri. Bapak saya pernah berkeinginan agar saya, abang, dan adik perempuan saya kelak jadi PNS supaya hidupnya "terjamin", ibu saya ingin anak-anak perempuannya menjadi pegawai negeri dengan profesi guru supaya kalau sudah berumah tangga punya waktu untuk anak-anak dan keluarga, seperti kalau sekolah libur guru pun bisa sama-sama libur. Namun, itu hanya sebersit keinginan saja, kembali lagi bahwa menurut orang tua saya, anak-anaklah yang menjalani kehidupannya dan memiliki haknya masing-masing.
Orang tua saya sama sekali tidak pernah memaksakan kehendak terhadap anak-anaknya. Kita diberi kebebasan memilih karir apa yang ingin dijalani selama itu masih dalam jalur yang benar, tidak menyalahi aturan, kodrat, dan agama. Waktu berjalan dan saya pun mengenyam pendidikan di universitas, memilih jurusan Bahasa Inggris pun atas keinginan saya sendiri. Saya selalu berusaha sebaik mungkin, mencoba untuk mendapatkan beasiswa kuliah untuk memperingan biaya pendidikan dan juga sempat bekerja paruh waktu.
Keinginan bapak saya terwujud, saya sempat bekerja di sebuah perusahaan walaupun bukan sebagai pegawai negeri. Lalu setelah lulus kuliah keinginan ibu saya pun terlaksana, saya sempat mengajar di salah satu institusi pendidikan swasta sebagai guru bahasa Inggris walaupun bukan sebagai PNS. Alhamdulillah, bapak dan ibu saya turut bahagia selama saya bahagia. 💛
Setelah berkeluarga saya memiliki kepala rumah tangga sebagai nahkoda yang mengarahkan kemana kapal akan melaju, saya dibimbing dan diarahkan oleh suami dalam menyalurkan potensi yang ada di dalam diri saya. Suami tidak pernah melarang, namun pembatasan dilakukan agar saya tetap pada jalurnya. Dalam istilah Sunda ada peribahasa "Ulah ngarawu ku siku", jika dalam bahasa Indonesia ini artinya "Jangan meraup dengan sikut". Maksud peribahasa tersebut ialah kita harus mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan. Suami saya percaya dengan passion saya, menulis dan mengajar adalah dua hal yang saya cintai. Suami membolehkan saya berkarir selama itu semua tidak mengganggu kewajiban saya sebagai seorang istri dan ibu. Ada catatan penting, suami bilang bahwa ia adalah pencari nafkah utama di keluarga, jadi saya berkarir untuk menyalurkan ilmu dan belajar, uang yang saya dapat adalah bonusnya.
" Family is priority! "
Saya bekerja sebagai freelancer di bidang kepenulisan, baik sebagai penulis lepas, blogger, maupun social media enthusiast, saya lakukan pekerjaan saya di rumah dan keluar hanya untuk pekerjaan yang sifatnya liputan atau undangan. Saya menjadwalkan waktu ke luar rumah saat anak sekolah atau weekend dengan kegiatan yang bisa melibatkan keluarga. Untuk mengajar pun saya sudah lepas dari institusi, sekarang lebih independent dengan mengajar anak-anak sekitar di rumah.
Berikut ini adalah beberapa tips berkarir dari rumah:
- Gunakan potensi yang ada
Memaksimalkan kemampuan yang ada, misalnya seperti saya yang suka menulis, maka terus belajar dan mengembangkan potensi saya sebaik mungkin.
- Perhatikan Prioritas
Walaupun terikat pekerjaan, tetap prioritas adalah anak dan suami. Kelebihan bekerja dari rumah adalah kita bisa mengatur waktu kita sendiri dengan menyesuaikan waktu antara pekerjaan dan keluarga.
- Manfaatkan peluang
Cari peluang pekerjaan yang bisa kita lakukan di rumah. Jaga relasi dengan rekan sejawat atau kerabat, siapa tahu kita bisa mendapat rekomendasi pekerjaan dengan referensi yang diberikan
- Berkerja secara total dan professional
walaupun pekerjaan diselesaikan dari rumah, tetap kita harus bekerja penuh dengan tanggung jawab, totalitas, dan professional.
Apapun karir yang kita jalani tentu harus sesuai dengan kemampuan dan tidak lepas dari koridornya. Tetap utamakan apa yang menjadi prioritas kita. Menjalankan dua peran (ibu rumah tangga dan ibu bekerja walaupun dari rumah) bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya penerapan disiplin baik dalam keluarga, karir, dan masalah waktu. Selain itu tentu support keluarga juga merupakan faktor yang penting dan tidak bisa diabaikan.
Memang ya Teh, setelah jadi ibu prioritas kita tetap anak dan suami. Walau keinginan untuk bekerja di luar rumah tetap ada. Saat ini buat saya bekerja dari rumah adalah jalan tengah antara mengurus anak dan kebutuhan berkarir.
ReplyDeleteBetul banget, Teh. Full time mom atau ibu bekerja sekalipun pastinya keluarga jadi prioritas. Saya juga mencoba untuk produktif dari rumah dan masih bisa berkarir pastinya. Hehehe
Deletebapak juga sama sampe sekarang pengen aku jadi PNS karena kakakku uda duluan jadi PNS rasanya bapak kayak yang malu aku kerja cuman gini2 doank di perusahaan yang ga terkenal kalau nelepon pasti cuman bilang tau ga si anu dia uda keterima jadi PNS, kerja di BUMN gajinya bla2 bener2 banggain ortu sebagai anak aku cuman makjleb sendri padahal menurutku bapak harusnya bersyukur aku ga pernah ke arah negatif apalagi repotin blio *yah jadi curhat wkwkwk*
ReplyDeletepengen banget jadi IRT tapi pasti bapak bukan lagi cerewet keknya bye dah wkwkwkwk
Kebanyakan orang tua dulu lihat goals karir anak itu jadi PNS yah. Untung sekarang mah udah banyak orang tua yang terbuka pemikirannya. Hehehe Gpp atuh komen sekalian curhat. :* Tenang teh, semua ada waktunya. :)
DeleteNice post teh, cocok buat Busui kayak saya. Alhamdulillah walau orang bilang saya salah jurusan kuliah yang penting saya hepi, mau kerja atau engga, saya berdoa agar bisa memberi pada ortu dari harta yang halal dan bersih biar berkah ;) untuk sekarang suami sih support berkarya dari rumah cz family is priority!
ReplyDeleteIya ya teh Sandra, busui masih bisa berkarya dari rumah dan babynya juga terpenuhi asupan dan nutrisinya. Mantapppp. Sehat selalu ya, teh.
DeleteAku juga milih berkarir dari rumah. Dan senengnya sekarang disupport semua keluarga. Alhamdulillah :)
ReplyDeleteAlhamdulillah support keluarga memang penting banget. Kita bisa menjalankan karir dari rumah dengan hati yang bahagia ya, mba. Hehehe
DeleteAku maunya jg dr rumah teh. tp skrg belum memungkinkan.. punya balita 2 bayi 1, emosi blm oke buat diajak beraksi kembali. kangen jualan hehe. akan ada masanya yaa..
ReplyDeleteSetiap orang lain-lain teh, selama menikmati, menjalankan di zona nyamannya, dan ga merugikan orang lain mah, semangat selalu ya teh Shona. :*
Deletebebas sih mau berkarir di rumah atau diluar yang pasti tujuan utama adalah anak dan suami, kalau buat saya mah itu hehe
ReplyDeleteIya setuju teh Tian. Dimana pun prioritas mah tetep keluarga yah. :)
DeleteAku berkarir di rumah karena ga bisa terikat jam kantor hehe
ReplyDeleteAku juga mirip-mirip, tetep ngantor tapi milih nyelesein kerjaan di rumah. hehehe
DeleteAlhamdulilah mak, saya sekarang berkarir dari rumah. sudah lama sih sebenernyaa. cuma baru bener2 declare pada diri sendiri 2 tahun belakangan ini
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga yang terbaik buat teh Ayu yah. Semangat selalu, Teh. :*
Deleteibu saya pun dulu pengen saya jadi PNS biar terjamin katanya. org tua jaman dulu memang begitu ya... mungkin supaya anak2nya enak hehehe....
ReplyDeleteIya ya teh Santi. Rata-rata begitu biar ga repot kalo jadi PNS jadi tenang katanya orang tua zaman dulu. hehehe
DeleteIya aku jg sama nih pikirannya. Makanya aku lg cuti ngajar di lia. Si kakak udh ngambek wae kl mgga ditemenin kerjain pr, dan si adek kburu tidur kl aku pulang ngajar. Hiks
ReplyDeleteHihihihi Aku juga gitu dulu sempat cuti ngajar karna anak. Hehehe Sekarang jadi harus kreatif berkarirnya dari rumah aja. Hehehe
DeleteSy iktn test CPNS krn Liat Bpk plng cepet k rumah trs dpt fasilitasnypdhl udah kerja waktu itu coba2 eh gk Lulus smp 2x..
ReplyDeleteSaya belum pernah coba CPNS, memang katanya ga gampang dan persaingannya pun ketat ya, mba. Semangat dan sukses selalu mba Utie. :)
Deletehebat mba! Bisa tetap berkarir dari rumah dengan anak dan keluarga sebagai prioritas namun pengembangan diri tetap jalan. Salut!
ReplyDeleteTujuannya itu mba biar bisa maksimal di rumah tapi tetep berkarir. hehehe
Delete